Lebaran Bukan Lagi Monopoli Milik Umat Muslim, Namun Telah Menjadi Fenomena Yang Melintasi Batas Agama
1 min readHadir Sebagai Inspirasi
Kab.Kediri (Inmas ) Dalam semaraknya perayaan Idul Fitri 1445 H, suasana kebersamaan tidak hanya terasa di kalangan umat Muslim. Di Kabupaten Kediri Lebaran telah menjadi sebuah fenomena yang melintasi batas agama, menjadi momen yang juga dirayakan oleh saudara-saudara yang non-Muslim.
Tradisi seperti mengunjungi teman, tetangga dan keluarga, tidak hanya dilakukan oleh sesama warga yang beragama Islam, akan tetapi warga non muslim juga melakukan hal yang sama. Mereka mengunjungi teman, tetangga dan keluarga yang muslim. Tidak hanya melakukan kunjungan, umat non muslim juga menyediakan jajanan lebaran di rumahnya masing-masing sebagai bentuk penghormatan, solidaritas dan harmonisasi antar umat beragama di Kabupaten Kediri. Mereka ingin ikut merasakan eforia kebahagiaan yang dirasakan oleh saudara-saudaranya yang muslim.
Meskipun umat non-Muslim menganggap Idul Fitri sebagai hari raya keagamaan umat Islam, namun hal itu tidak menyurutkan semangat solidaritas mereka untuk ikut merayakan hari kemenangan saudara mereka umat Islam. Hal ini menunjukkan inklusivitas yang telah lama menjadi bagian dari tradisi Lebaran di Kediri bahkan Indonesia.
Lebaran juga menjadi kesempatan untuk mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR), yang tidak hanya dinantikan oleh umat Muslim, tetapi juga oleh non-Muslim. Bahkan, aktivitas mudik, yang seringkali diidentikkan dengan umat Islam, juga dilakukan oleh umat non-Muslim.
Dengan demikian, Lebaran telah berkembang menjadi lebih dari sekadar perayaan keagamaan. Ini adalah momentum di mana semua orang, tanpa memandang keyakinan, dapat bersama-sama merayakan nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan, dan kebahagiaan. Lebaran telah menjadi simbol dari keragaman dan persatuan, sebuah refleksi daerah yang kaya akan tradisi dan budaya.( Paulo )
#KementerianSemuaAgama